Skip to content

Sejarah IAI Jawa Timur

Sejarah Berdirinya IAI*

*) disunting dari Arisitiana AAR dan Sutrisno Murtiyoso. 1996. Perkembangan Arsitek Sebagai Profesi dan Lahirnya Ikatan Arsitek Indonesia. Bandung: Badan Sistem Informasi Arsitektur IAI-Jawa Barat dan Badan Sinfar IAI 2007. Sejarah IAI. https://iai.or.id/tentang-iai/sejarah-iai. diakses 31 September 2022

Di penghujung tahun 1950-an dikeluarkan instruksi membentuk gabungan perusahaan sejenis untuk memudahkan komunikasi antara pemerintah dengan dunia pengusaha dan menentukan standar kerja bagi para pelakunya. Pemerintah sebagai pemberi tugas paling besar pada masa itu dapat meperolehan barang dan jasa yang berkualitas baik.

Penataan di bidang usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik diserahkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum. Pada bulan April 1959, menteri Pekerjaan Umum mengadakan suatu konferensi nasional di Jakarta untuk membentuk Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS). Konferensi ini dihadiri oleh beberapa arsitek, baik tua maupun muda (baru lulus) dari berbagai lingkup kegiatan.

Dalam konferensi tersebut, para arsitek yang mewakili bidang perancangan merasa sangat tidak puas karena mereka berpendapat bahwa kedudukan perencanaan dan perancangan tidaklah sama dan tidak juga setara dengan pelaksanaan. Pekerjaan perancangan berada di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor) cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba. Lagi pula tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan perorangan, serta terbatas pada sisi finansial saja.

Waktu itu, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban tidak dapat berbuat apa-apa. Ketidakpuasan mereka yang terpendam dalam hati itulah yang kemudian memicu lahirnya organisasi profesi bagi para arsitek Indonesia. Di gedung Harmonie Jakarta, mereka bersepakat berbagi tugas untuk mengadakan pertemuan lagi dengan mengajak rekan-rekan arsitek lainnya. Ars. F. Silaban akan menghubungi para arsitek senior, sedangkan Ir. Soehartono Soesilo akan menggalang para arsitek muda lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang hingga tahun 1958 itu telah meluluskan 17 orang arsitek muda.

Pada tanggal 16 dan 17 September 1959, akhirnya berkat usaha Ir. Soehartono Soesilo dan Ars. F. Silaban, terjadi pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di Bandung. Pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. F. Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1958 dan 1959.

Pertemuan pertama diadakan di jalan Wastukancana, di rumah saudara Ars. Lim Bwan Tjie di seberang pompa bensin Wastukancana, ini dilakukan sebagai penghormatan kepada beliau, arsitek paling senior. Menjelang malam kedua, tanggal 17 September 1959, pertemuan dipindah ke rumah makan Dago Theehuis (sekarang Taman Budaya Jawa Barat) di Bandung utara agar suasananya lebih netral. Dalam kedua pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, Menuju Dunia Arsitektur Indonesia yang Sehat. Pada malam 17 September 1959 di Bandung, resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama: Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.


Sejarah Berdirinya IAI Jawa Timur

Pada tahun 1974, Beberapa dosen tetap Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, yaitu Ir. Sugeng Gunadi, Ir. Johan Silas, Ir. St. Setiadi, Ir. Harjono Sigit, dan Ir. HW. Kwari/Ir. Djelantik dan staf Pemerintah Kota Surabaya, yaitu Ir. Sadjarwo Soekardiman dan Ir. Alex Amirullah, menghadiri suatu konferensi internasional On Tall Building di Jakarta. Di sela konverensi tersebut, para rombongan dari Surabaya bertemu  dan berbincang-bincang dengan para arsitek dari Jakarta yang menjadi anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Rombongan dari Surabaya juga bertemu dengan beberapa pengurus IAI Nasional, antara lain Ir. Adhi Moersid, Ir. Darmawan Prawirohardjo, dan Ir. Robby Soelarto. Kemudian rombongan dari Surabaya diajak untuk bergabung menjadi anggota IAI.

Konferensi yang membahas mengenai arsitektur gedung tinggi juga dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Daerah Daerah Chusus Ibukota (DCI) Jakarta. Dalam perbincangan antara rombongan dari Surabaya dan staf Pemda DCI Jakarta, didapati bahwa telah telah terjalin kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah DCI Jakarta dan IAI dalam upaya pengendalian perkembangan dan ketertiban pembangunan kota Jakarta. Pemda DCI Jakarta telah memiliki mekanisme pengendalian dan penertiban pembangunan bangunan gedung dengan salah satu pranatanya yaitu Surat ljin Bekerja Perancang (SIBP) bagi para arsitek yang menjalankan praktik profesinya.

Konferensi di Jakarta memberikan inspirasi bagi rombongan dari Surabaya untuk berkumpul kembali di Surabaya membicarakan mengenai pendirian cabang IAI di Surabaya. Di Surabaya saat itu sudah terdapat beberapa arsitek yang berpraktek dan memiliki perguruan tinggi arsitektur yang meluluskan sarjana arsitektur. Surabaya sebagai kota terbesar kedua di Indonesia juga dirasa perlu mencontoh Jakarta dalam upaya pengendalian perkembangan dan ketertiban pembangunan kota.

Setelah mengadakan pengajuan ke IAI Nasional di Jakarta, pada tanggal 1 November 1975 / 17 November 1979 berdiri IAI Cabang Surabaya. Saat itu masih belum menjadi IAI Jawa Timur. Ir. R.M. Alex Amirullah ditunjuk sebagai Ketua IAI Cabang Surabaya yang pertama. Penunjukan Ir. R.M. Alex Amirullah yang saat itu bekerja sebagai pegawai negeri Pemerintah Kota Surabaya atas dasar pertimbangan strategis bahwa di masa situasi kenegaraan dan pemerintahan di zaman itu, diperlukan adanya akses yang mudah ke pemerintah.

Ir. Harjono Sigit kemudian ditunjuk menjadi Ketua IAI Cabang Surabaya kedua pada tahun 1980. Pada tahun 1986, Ir. Sugeng Gunadi, MLA., IAI ditunjuk menjadi Ketua IAI Cabang Surabaya ketiga. Pada Era kepemimpinan Ir. Sugeng Gunadi, MLA., IAI, terjadi transisi perubahan status dari IAI cabang Surabaya yang ruang lingkupnya hanya melayani Kota Surabaya menjadi IAI Daerah Jawa Timur yang ruang lingkupnya melayani Provinsi Jawa Timur.

Pada tahun 1992, untuk pertama kalinya IAI Daerah Jawa Timur mengadakan Musyawarah Daerah (MUSDA). Pada Musda Pertama, Ir. Sugeng Gunadi, MLA., IAI kembali terpilih menjadi ketua IAI Daerah Jawa Timur. Kemudian selanjutnya kepengurusan IAI Daerah Jawa Timur ditunjuk melalui Musda dan dilantik oleh Ketua IAI Nasional. Masa jabatan ketua dan pengurus IAI Daerah Jawa Timur adalah tiga tahun.

Pada tahun 2018, di bawah kepemimpinan Ir. Hari Sunarko, IAI, AA, IAI Jatim mengadakan acara penghargaan bagi arsitek Jawa Timur dan arsitektur di Jawa Timur dengan tajuk IAI Jatim Awards. Penghargaan IAI Jatim Awards menjadi agenda tiap tiga tahun.

Di bawah kepempinan Ar. Yuli Kalson Sagala, S.T., M.Ars., IAI, AA, pada tahun 2018 terjadi perubahan nomeclatur dari IAI Daerah Jawa Timur menjadi IAI Provinsi Jawa Timur. Di era ini dilakukan pendigitalisasian database IAI Jatim dan pengembangan infrastruktur digital dan daring. Sebagian kegiatan IAI seperti seminar, Pemilihan Ketua IAI dan Musprov dilakukan secara daring. Di era ini pula IAI Provinsi Jawa Timur terbagi dalam tiga wilayah koordinasi.

Open chat
Hubungi IAI
Anda menghubungi Sekretariat IAI (Ikatan Arsitek Indonesia) Provinsi Jatim.
Ada yang bisa kami bantu?